Kurikulum Merdeka Belajar Terus Disempurnakan untuk Era Digital

JAKARTA - Dunia pendidikan Indonesia terus berbenah. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali mengumumkan serangkaian penyempurnaan pada Kurikulum Merdeka Belajar. Fokus utama revisi kali ini adalah integrasi literasi digital yang lebih komprehensif sejak jenjang pendidikan dasar, guna mempersiapkan generasi emas Indonesia menghadapi tantangan Era Society 5.0.
Langkah ini diambil menyusul evaluasi implementasi kurikulum selama tiga tahun terakhir. Meskipun dinilai berhasil memberikan fleksibilitas bagi guru dan siswa, masih ditemukan kesenjangan dalam kemampuan pemanfaatan teknologi, terutama di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
Coding Masuk Kurikulum Sekolah Dasar?
Salah satu wacana yang paling menarik perhatian adalah pengenalan logika pemrograman (computational thinking) mulai dari tingkat Sekolah Dasar. Bukan berarti anak SD akan diajarkan menulis kode rumit, melainkan pola pikir sistematis dalam memecahkan masalah. "Kita ingin anak-anak kita tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tapi juga pencipta," tegas Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Materi pembelajaran akan disampaikan melalui metode gamification yang menyenangkan. Siswa akan belajar logika algoritma melalui permainan interaktif, baik yang berbasis digital maupun aktivitas fisik (unplugged coding). Tujuannya adalah melatih kemampuan berpikir kritis dan kreatif sejak dini.
Peran Guru sebagai Fasilitator
Perubahan kurikulum ini tentu menuntut adaptasi dari para tenaga pendidik. Pemerintah berkomitmen untuk memberikan pelatihan intensif bagi guru-guru di seluruh pelosok negeri. Program "Guru Penggerak Digital" akan diperluas jangkauannya, membekali guru dengan keterampilan menggunakan tools pembelajaran berbasis AI dan Virtual Reality (VR).
"Teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan peran guru. Namun, guru yang melek teknologi akan menggantikan guru yang tidak," ujar Menteri Pendidikan. Dengan adanya alat bantu teknologi canggih seperti VR di kelas, siswa bisa 'berkunjung' ke museum sejarah atau melihat anatomi tubuh manusia secara 3D, membuat proses belajar menjadi jauh lebih imersif dan mudah dipahami. Transformasi ini diharapkan dapat mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga adaptif dan siap bersaing di pasar global.
ARTIKEL TERKAIT

Ujian Kompetensi Siswa SMK Diganti dengan Proyek Kolaboratif Berbasis Industri

Pendaftaran Beasiswa LPDP 2026 Resmi Dibuka, Kuota Ditambah 50%

Indonesia Resmi Ajukan Diri Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2036
